Better Together.
“We’re better together .. “ Dia menggenggam erat kedua tanganku.
Matanya menatap erat. Lekat. Apa yang baru saja dia katakan?
We’re better together .. Apa itu artinya? Apakah dia …
Ha..ha..ha.. yes,yes,yes!!
Kedua mataku berbinar. Senyumku melebar.
Aaa..tidak sanggup berkata apa-apa!! Dia baru saja menerima cintaku!!
”as friend, Nami.. ”
..
”He? … what?”
Dia baru saja menerima cintaku.
Dia baru saja menolak cintaku. Apaan sih iniii??
”Aku gak ngerti, Manik ..”
”Ya, maksudku kita lebih baik temenan aja ..”
Air mataku meleleh. Inilah resiko cinta. Kalau tidak dicintai, ya dicintai. Tidak, sakit sekali. Ada bagian di dalam sana yang terluka. Sakit .. perasaanku sakit.
” … ” Aku melepaskan tanganku dari genggaman tangannya. Air mataku menderas.
”Kamu jangan nangis donk, Nami”
…
”Aku nangis bukan karena kamu menolakku ..”
”Aku nangis karna aku nyeselin kebodohanku. Seandainya aja aku berani ngasih tau kamu perasaanku dari awal .. dulu, sebelum kamu .. sebelum kamu .. ngasih cinta kamu ke orang lain ..”
…
”Kamu gak perlu menyesal. Cinta itu bukan soal diterima atau ditolak. Dia ada di sini ..”
”Hati?”
”Bukan.”
”Jantung?”
Manik menggeleng.
”Dia ada di lingkaran jiwa kita.. Tempat seharusnya cinta itu diletakkan. Tempat yang selalu berputar dan menjaga cinta itu bahkan setelah kamu mati sekalipun. Karna jiwa itu selalu hidup..”
…
Aku mengambil serpihan-serpihan hatiku yang hancur. Ya, dia benar. Tidak pantas jika aku menaruh cinta, sesuatu yang suci, di tempat yang begitu rapuh seperti hati.
”Manik, apa kamu bisa ngebantu aku nyatuin semua serpihan-serpihan cintaku ini?”
Aku mengangkat serpihan-serpihan itu di atas kedua tanganku.
Manik tersenyum. Wajahnya mendekat. Dia meniup serpihan-serpihan itu hingga menyatu dengan angin, terbang entah kemana.
” .. kok?” Ia membuatku bingung.
”Taruh saja namaku di lingkaran jiwamu, berputar bersama nama-nama lainnya ..”
”Begitu ya?”
”Iya.”
…
”Eh, Manik, apa kamu mau meletakkan namaku di lingkaran jiwamu?”
”Ha..ha..ha..” Manik tertawa, yang membuatku ikut-ikutan tertawa juga. Menertawakan kebodohanku.
…
”Namamu itu sudah lama berada di sana..”
…
”Manik! Sekali lagi, ya??” Aku berlari kecil menjauhinya.
Lalu berbalik.
”Sekali lagi apa?” tanya Manik keras di kejauhan.
”Aku suka kamu, Manik! Aku sayang kamu! Aku cinta kamu!!”
Aku tertawa. Dia juga. Lepas.
”Aku juga sayang kamu, Nami! Kita sebaiknya bersama saja terus sebagai teman!!”
”Ya, sebagai teman. Better together ..”
“as friend .. “
Kamu tahu, Manik? Mengetahui bahwa namaku juga berada di lingkaran jiwamu, itu saja sudah cukup untuk cintaku. Karna aku tau, dan kamu tau, nama kita berdua akan terus berputar di lingkaran jiwa kita masing-masing, walaupun cinta kita tidak sama. Tidak satu.
Tapi kau benar, cinta bukan soal diterima atau ditolak.
Ia terlalu berharga dan terlalu suci untuk dipertaruhkan seperti itu.
…
”Manik ..”
”Ya, Nami?”
”Terima kasih banyak untuk semuanya, ya..”
”Sama-sama, Nami. Terima kasih juga untuk cintamu yang tulus ..”
…
Cinta yang tulus.
Letakkan saja di lingkaran jiwamu.
Tempat yang kokoh dan layak untuk hal-hal berharga dalam hidupmu.
–end—
“If you love someone, put their names on a circle, not in heart. Because heart can be broken but circle will always goes on..”(anonymous)
Ginastri, 19 November 2007
Start writing while listening to Jack Johnson’s song titled ‘Better together’..